Saturday, January 1, 2011

Pandangan Islam Tentang Merayakan Tahun Baru

Sebenarnya ini saya dapat dari khotbah Jum’at hari ini. Topiknya tentang perayaan tahun baru, dan bagaimana pandangan Islam tentang perayaan-perayaan yang sering dilakukan orang dengan cara hura-hura.

Intinya sih, dalam Islam nggak ada istilah merayakan tahun baru dengan cara-cara yang kita kenal sekarang; seperti pesta-pesta, hura-hura, dan sebagainya. Mungkin agak terdengar fanatik, nggak modern dan sebagainya. Tapi ada alasannya mengapa Islam tidak menganjurkan budaya barat ini.

Resolusi HARIAN

Tahun baru umat Islam jatuh pada tanggal 1 Muharram penanggalan Hijriah (1 Desember lalu), dan tidak ada, dalam Islam, ajaran maupun kebiasaan merayakannya seperti merayakan tahun baru Masehi. Kenyataannya, Allah SWT mengajarkan umat Islam untuk melakukan evaluasi diri berdasarkan pergantian siang dan malam. Ini artinya, manusia haruslah menjadikan hari esok lebih baik dari hari ini dan hari kemarin. Jadi, kalau kita biasa membuat resolusi setahun sekali, dalam Islam kita membuat resolusi SETIAP HARI.

Waktu

Seperti yang disebutkan dalam surat Al-Ashr, bahwa orang yang tidak menghargai dan memanfaatkan waktu untuk kebaikan adalah orang-orang yang celaka dan merugi. Tapi ini jangan diartikan secara material, seperti kata-kata bijak “time is money”-nya orang barat. Kerugian disini jangan diukur dengan harta benda, melainkan dengan kemanfaatan diri kita bagi diri sendiri dan orang lain.

Sebagai perbandingan, Rasulullah, manusia yang memberikan begitu banyak manfaat bagi umat hanya diberikan waktu 63 tahun untuk hidup di bumi. Sementara banyak diantara kita yang diberikan ‘bonus’ hingga mencapai 100 tahun lebih, tapi belum tentu bermanfaat bagi orang lain.

Ada satu poin menarik tentang mengapa Allah SWT menyebutkan “Demi waktu ashar” pada awal surat tersebut. Alasannya, (ini dari Emak saya yang doi simak dari pengajian) karena waktu ashar adalah salah satu waktu shalat yang paling banyak ditunda-tunda orang dalam kehidupan sehari-hari.

Biasanya kita berpikir waktu ashar cukup panjang sehingga kita cenderung malas-malasan atau memilih meneruskan kesibukan saja dulu. Tapi, ujung-ujungnya malah nggak jadi shalat, karena keburu habis waktu. (Hahaha ini sih aku banget.)

Alasan kedua, (yang ini dari khotbah Jum’at-an yang aku denger tadi) ashar menyimbolkan masa usia manusia yang sudah menginjak paruh baya. Bahwa supaya kita jangan menunda-nunda bertobat dan berbuat baik karena merasa umur belum terlalu uzur.

Jangan sampai kita (pada akhirnya) tobat dengan motivasi yang salah; misalnya karena sudah terlalu tua untuk berjudi, terlalu tua untuk jadi maling. Naudzubillah. Jangan sampe deh kita begitu. Jangan sampe amal ibadah kita yang mungkin udah total banget pengerjaannya, tapi malah jadi nggak berkah.

Kesimpulannya:

  • Dalam Islam kita diajarkan untuk mengevaluasi diri setiap hari, bukan hanya di akhir tahun.
  • Hari esok harus lebih baik dari hari ini dan hari kemarin.
  • Jangan sia-siakan waktu sebelum terlambat.
  • Tidak ada gunanya kita merayakan pergantian waktu jika itu berarti kita merayakan hal-hal kurang baik yang kita lakukan di masa lalu.

Dalam Islam, waktu adalah ruh.

Karena itu kita harus menghargainya dan mengisinya dengan kebaikan. Bukan merayakannya.

2 comments:

  1. saya sebagai seorang muslimah setuju dengan pendapat ini...

    ReplyDelete
  2. siip,..
    sy ambil sebagian dari artikel ini buat d sebarkan, biar mereka juga pada ngerti,..
    Wss,..

    ReplyDelete

Bagaimana menurut kamu?

Hai!

Blog ini tidak di-update lagi. Silahkan Browse Arsip dibawah untuk mencari yang kamu butuhkan. Terimakasih sudah berkunjung! =]

~ Gogotaro